Saturday, December 22, 2012


PERJALANANKU BAGAI KEDONDONG
* based on the true story

Jelita, ya sebut saja namaku Jelita, tapi sayang wajahku tidak se-jelita namaku. Aku dibesarkan di keluarga yang biasa-biasa saja, hfff… otakku pun bisa dibilang biasa-biasa saja, tidak terlalu pintar, tapi tidak juga pantas dibilang bodoh. Tidak ada yang dapat kubanggakan selain satu mimpi terbesar dalam diriku, yaitu keliling dunia. Aku pernah melontarkan keinginanku ini kepada teman-teman SMA. Tapi bukannya mendapat dukungan mereka malah tertawa mencibirku sambil berkata “Gak Mungkin.” Dan akhirnya itu menjadi hari terakhir aku menceritakan tentang mimpi terbesarku kepada orang lain. Setelah itu, aku hanya memendamnya dilubuk hatiku yang terdalam.
Rintik-rintik air hujan semalam masih tersisa pagi ini. Pucuk-pucuk daun dengan setia meneteskan sisa air hujan yang tertampung diatasnya. Semilir angin menambah kebekuan ragaku. Sang mentaripun terlihat malu-malu untuk menampakkan batang hidungnya. Hujan semalam memang cukup besar, tak pelak membuat genangan-genangan kecil mengisi jalan beraspal yang sudah berlubang. Hfff… terpaksa aku harus melebarkan langkahku agar tidak basah karena terkena genangan air itu. Pagi ini untuk kesekian kalinya aku harus melancarkarkan seribu langkahku. Jadwal dosen pertama dimulai jam 7.30. tapi jam 7.28 aku baru melangkah dari kosan ku yang terletak tepat disamping kampus. Tanpa berpikir panjang langsung aku tancap gas berharap tidak telat.
Eeeiiitttt….. tiba-tiba aku mengerem kakiku. Belum sampai di depan kelas aku sudah disuguhi pengumuman yang terpampang tepat didepanku kini. Dengan perlahan-lahan akupun membacanya. Pengumuman tersebut berisi tentang beasiswa kuliah selama beberapa bulan di Amerika. Hffff… aku sudah mencoba mengikuti beasiswa ini sebanyak 4 kali. Tapi aku selalu gagal. Sempat ragu untuk mencoba untuk yang kelima kalinya. Tapi aku percaya bahwa bagaimana kita bisa tahu kalau kita gagal tanpa mencobanya terlebih dahulu. Akhirnya aku putuskan untuk mengikutinya lagi kali ini. Upz. Sambil menepuk dahi aku baru teringat sesuatu, hwaaaa… gawat, kelasnya Mr. Daniel…. Aku telaaaat…..
***
Hari ini adalah pengumuman lulus tidaknya aku mendapatkan beasiswa tersebut. Sudah hampir sebulan aku mengirim persyaratan yang diminta. Nilai TOEFL minimal 500, rekomendasi dari 2 dosen, pengalaman organisasi, dan identitas diri sudah kulengkapi. Wawancara pun sudah kuikuti. Dengan PD nya kali ini aku yakin aku akan diterima (dag… dig… dug… rasanya seperti ingin copot jantung ini *lebay.com). Tunggu punya tunggu aku pun akhirnya mendapatkan email dari pihak penyelenggara beasiswa yang menyatakan bahwa aku belum layak untuk mendapatkannya. Tetesan air mata tak terasa keluar dari mataku, aku berusaha untuk mengusap air mata yang sudah menganak sungai itu dipipiku. “Untuk kesekian kalinya” gerutuku.
***
Kejadian 2 bulan yang lalu benar-benar telah merampas keinginanku untuk mengikuti beasiswa lagi. Kegagalan demi kegagalan sempat meruntuhkan mimpi terbesarku. Tapi aku masih yakin, bahwa bukan hanya orang pintar dan berduit saja yang bisa keliling dunia, orang yang beruntungpun bisa. Akhirnya aku meyakinkan diriku bahwa aku adalah orang yang beruntung. Sampai suatu ketika aku sedang asyik berselancar di dunia maya, aku mendapatkan informasi tentang adanya seminar internasional yang diadakan di Bangkok, Thailand. Persyaratannya cukup mudah hanya menulis essai tentang budaya yang dimiliki oleh negara masing-masing. Mudah, karena aku memang hobi menulis.
Tunggu punya tunggu ternyata aku mendapatkan kabar bahwa aku berhasil mewakili Indonesia untuk mengikuti seminar disana. Namun sangat disayangkan, panitia, tidak menanggung biaya transportasi, hanya penginapan dan makan saja yang ditanggung. “haduuhhh..” gerutuku. Aku mulai bingung dan perlu memutar otak untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Salah satu cara yang bisa kulakukan adalah membuat proposal untuk fundraising ke rektorat. Yupz… semoga kali ini keberuntungan benar-benar memihakku *sambil membusungkan dada dan berjalan tegap.. hoho…
Kamis malam yang bertabur bintang malam ini terlihat lain dari malam biasanya. Senyum sang rembulan menambah kebahagiaan yang sedang membuncah di hati ini. Luar biasa, tidak pernah terbayang olehku untuk singgah di negeri seberang. Namun ku sadar tidaklah mudah untuk memetik mimpi itu. Proposal harus segera beres fikirku, dalam waktu kurang dari 2 minggu aku harus memutar otak untuk fundraising ke rektorat ditengah jadwal UAS yang padat. Luar biasa perjuanganku. Disaat teman yang lain membolak balik lembar makalah yang akan di UAS kan, aku malah sibuk membolak-balik proposal yang akan diajukan. Ditambah pengurusan pembuatan paspor yang mengharuskan aku bolak balik Jakarta serang. Fiuhhh… fikirku… hidup memang pilihan… ada yang harus dikorbankan, untuk kali ini, terpaksa aku harus merayu pak dosen ‘n ibu dosen agar dapat ujian di lain hari. Tapi aku sangat yakin kalau Allah selalu membantuku.
***
                Yes… yes… yes…. Proposalku diterima, pak rektor memang benar-benar baik *sambil mengedip-ngedipkan mata tanda bahagia… pak rektor berjanji bahwa uang sebesar 5 juta akan cair minggu ini. Hfff…. Uang itu benar-benar hanya cukup untuk tiket pesawat pulang pergi Jakarta-Bangkok. Akhirnya aku langsung tancap gas menemui kakak kelasku yang sudah biasa membeli tiket pesawat *orang tajir cuy…
“kamu beneran mau naik maskapai ini?” Tanya kakak kelasku
“iya kak, abis aku gak ngerti pesawat yang lain. Aku browsing di internet harganya 5-6 juta-an untuk pulang pergi.” Jawabku.
“mmm… aku punya tawaran naik pesawat yang lain… tapi bakal penuh tantangan and rintangan dengan rute yang luarbiasa. Kamu berani ga?”tanyanya.
“mmmm…. Berani kak.” Tanpa berfikir panjang aku meng-iyakannya.
***
                Cihuyyyyy…… akhirnya hari ini terjadi juga. Mimpi terbesarku dimulai hari ini. Pesawat ooohhh pesawat…. Baru kali ini aku menaikimu *norak.com. dengan senangnya aku duduk dibagian kursi dekat jendela. Perasaanku begitu takjub merasakan detik-detik pesawat take off. Tanpa ragu ku tengokan kepalaku ke jendela. Wooowwww… luar biasa ciptaanMu ya Allah… Indahnya dunia ini. Selama 2 jam aku tidak memalingkan wajahku dari jendela sampai tak terasa pesawatpun landing tepat pukul 08.30 malam waktu setempat. Aku langsung mengambil tas ranselku yang kusimpan diatas kabin pesawat. Kemudian akupun berusaha masuk kedalam barisan penumpang yang lain yang sedang mengantri untuk turun. Ketika kaki pertama kulangkahkan dinegeri seberang aku pun bergumam, “Thanks God, akhirnya aku berhasil mendarat di Kuala Lumpur International Airport.” *loh kok Kuala Lumpur??? Bukannya seminarnya di Bangkok. Yupz. Inilah rute yang luarbiasa yang ditawarkan kakak kelasku tempo hari.
                Jujur, ketika sampai di airport hatiku benar-benar ketar-ketir. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke negeri orang, sendiri pula. Tapi bismillah, semoga aku beruntung. Dari airport aku menuju LCC terminal menggunakan airbus, sesampainya disana aku langsung membeli tiket kereta menuju Bangkok. Hfff… beruntungnya diriku, dengan bahasa Inggris seadanya benar-benar membantuku berkomunikasi dengan petugas tiket. Walaupun mereka bisa berbahasa melayu, tapi alammmaaaakkk… cakap mereka tuh macam upin dan ipin pule lah bila kau pernah tengok di televisi tu.. tak paham awak *sok paham cakap Melayu, hiihi….
***
                Hfff…. Perjalananku dengan kereta ini benar-benar membuatku jenuh. Bagaimana tidak, 3 hari di dalam kereta bersama para turis asing, agak pegel juga lidah ini berbicara bahasa “wong londo”. Walaupun sempet transit sebentar di Butterworth (masih wilayah Malaysia), lumayanlah untuk menyegarkan badan sambil menyantap nasi lemang seharga 1 ringgit. Bentuknya tidak beda dengan nasi kucing di Indonesia. Yang lebih beruntungnya lagi, kereta disini betul-betul nyaman, dilengkapi fasilitas tempat tidur plus AC, sangat berbeda dengan yang ada di negeriku tercintahhhh…
                Tiba-tiba kereta berhenti di daerah Padang Besar, aku bingung, kenapa tengah malam begini kami semua di suruh untuk turun. Aku benar-benar kaget melihat banyaknya tentara bersenjata laras panjang menanyai kami satu persatu. Halamaaakkk… aku baru “ngeh” kalau ini adalah daerah perbatasan Malaysia dan Thailand. Langsung terbayang olehku gambaran berita pembunuhan yang banyak terjadi disini. Dengan ketar-ketir dan gemetar ditambah rasa kantuk yang menyergap aku berusaha menjawab semua pertanyaan dengan tenang sambil menunjukkan pasporku. Aku baru ingat kalau tadi pagi pacik (red-bapak/paman) petugas kereta api memberitahukan aku tentang hal ini. Fiuuuhhhh… akhirnya aku dinyatakan lolos dan boleh naik kedalam kereta api lagi. Tiba-tiba petugas kereta api Malaysia yang sudah 2 hari ini mengendalikan kereta api berubah semua digantikan oleh petugas Thailand. Dan yang lebih parah lagi, ada 3 pelayan perempuan Thailand menjual makanan yang jujur untuk pertama kalinya ini aku mencium bau yang luar biasa menyengat, dan akhirnya ku tahu bahwa yang mereka jual adalah daging babi. Ooohhhh noooo….. menjijikan…… really disgustin’ *sambil garuk-garuk kepala.
***
                Dan akhirnya setelah 3 hari didalam kereta. Jeng…. Jeng…. Aku sudah sampai di stasiun Samsen, Bangkok. Yeeeee…… Alhamdulillah… akhirnya sampai juga. Kulanjutkan dengan naik taksi menuju Thewet tempat acara seminar internasional berlangsung. Acaaranya baru akan dimulai esok. Hari ini adalah saatnya aku mencari penginapan yang benar-benar murah. Akhirnya kudapatkan hostel didekat lokasi acara. Dengan hanya 200 baht (sekitar Rp. 60.000,-) aku sudah bisa bermalam disana. Besok bersiap untuk seminar….

***
             Seminar berlangsung selama 4 hari di kampus Rajamangala, Bangkok. Hati ini melonjak kegirangan setelah kutahu bahwa ada 4 teman delegasi Indonesia lainnya di acara tersebut. “Thanks God” gumamku. Seminar Asia-Pacific Forum: Youth Action on Climate Change ini benar-benar menambah pengetahuanku tentang budaya-budaya di Asia. Acara berlangsung sampai pukul 5 sore. Ketika hendak melangkahkan kaki kembali ke hostel tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan cantik berambut pirang, Ying Suchada namanya. Gadis tersebut adalah asli Thailand dan luar biasanya, dia menawarkanku untuk berkeliling kota Bangkok sore ini. Tanpa berfikir panjang aku menganggukan kepala tanda setuju. Diapun langsung menarik tanganku mengajak untuk mengikutinya.
Aaiiihhhh…. Sungai Chaopraya yang indah… beruntungnya diriku melihat sang mentari terbenam di ufuk barat sungai Chaopraya. Luar biasa ciptaanMu Ya Allah… bertambah syukurku padaMu… tak sabar untuk menjelajahi sungai nan elok ini. Gemericik suara deburan air yang terbelah oleh kapal yang melaluinya. Lembayung sang mentari menampilakan panorama alam yang luar biasa. Sinar mentari hitam keperakan menemani penjelajahanku di sungai ini. Kidung suara burungpun tak mau kalah bersenandung di atas kapal yang kami tumpangi.
Dari sungai Chaopraya, Ying mengajakku bertolak ke salah satu candi disana. Wat Arun namanya. Walaupun tidak semegah Prambanan dan Borobudur, tapi keindahannya tak pelak menghipnotis mata yang melihatnya. Warna-warni candi yang dapat berubah-ubah sesuai posisi matahari benar-benar merayu mata siapa saja yang melihatnya untuk tidak berkedip. Pulang dari sana, kami hendak menuju penginapan dengan bus. Tiba-tiba aku bertemu dengan 2 teman Indonesiaku. Dan akhirnya Ying memutuskan untuk pamit terlebih dahulu karena harus menggantikan ayahnya di toko. Kamipun berpisah. Lalu aku kembali ke hostel bersama kawan Indonesiaku itu. Kamipun menunggu di halte dekat Grand Palace. Bertemu dengan seorang Thailand dengan bahasa Inggris yang tidak lebih baik dari anak SD (hehe… pisss bang…) akhirnya bahasa tubuhlah yang kami gunakan untuk berkomunikasi dengannya… haha… isty, salah satu teman kami mencoba bertanya dengan bahasa tubuhnya. Tak pelak kami tertawa terpingkal karena orang tersebut tidak paham juga maksud dari isty. Gaya Isty yang kocak agak gemes terlihat sudah tidak sabar ingin memakan orang tersebut.. hwaaaa…..
***
                Hari terakhir di Bangkok teman Indonesiaku mengajak untuk berbelanja sekedar oleh-oleh untuk keluarga. Ok, aku menyutujuinya. Petang hari setelah seminar kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke silom… denger-denger disana ada souvenir murah… yes, akhirnya kita kesana.. pak supir taksi dengan lucunya menjelaskan tragedi kaos merah yang sempat terjadi di silom… iiihhh serem.. tapi seseram apapun itu cerita tetep aja jadi lucu… lagi dan lagi, si bapaknya sangat amat luar biasa lancar ngomong bahasa inggrisnya sampai kita-kita gak ngerti apaaaaa maksudnya nih orang, hahaha ;-D
Sampai di silom kita2 langsung melancarkan aksi pencarian barang2 murah, hihihi… dasar “cewe”… nah disini kocak nih… baru kali ini ngerasain tawar menawar tanpa  sedikitpun ngeluarin kata.. mw tw pake apa???!!!.... pake kalkulator…. Hahay… pas kita sentuh barang, si penjual langsung ngetik harga di kalkulatornya. Kalau ingin menawar, ya.. tinggal ketik lagi angka yang kita mau… klo penjual tidak setuju… palingan die langsung angkat tangannya ke leher tanda mati… hoho… kocak-kocak…
***
It’s time to go to Kuala Lumpur…. Aku pun berpisah dengan teman Indonesiaku. Mereka akan menuju Bangkok Airport untuk langsung terbang ke tanah air. Sedangkan aku, hfff…. Terbayang perjalananku yang lumayan melelahkan lewat jalur kereta lagi. But it’s OK, nice journey pikirku. Melewati padang besar di siang hari ternyata tidak seseram waktu pertama kali aku melewatinya. Baru terlihat jelas olehku bangunan yang aku singgahi disana. Sebuah bangunan besar yang memisahkan Thailand dan Malaysia. Sempat geli sendiri ketika tubuhku yang mungil ini berdiri di depan bangunan tersebut, bagaimana tidak, tubuh bagian kananku berada di wilayah Thailand sedangkan tubuh bagian kiriku di wilayah Malaysia. Hoho… kocak. Setelah itu aku kembali kedalam kereta. Deruan laju kereta menemaniku selama perjalanan. Rasa kantuk yang menyeruak ditambah kelelahan yang luarbiasa tak pelak membuatku pergi ke alam mimpi hari itu.
***
                Laju kereta api terhenti, aku sudah kembali lagi di LCC stasiun. Masih ada 2 hari lagi sebelum akhirnya aku kembali ke tanah air. Petualanganku belum selesai disini. Ada satu keinginan yang dari dulu aku inginkan. Ingin rasanya melihat menara tertinggi di dunia, twin tower (petronas). Allah ternyata memudahkan jalanku, aku dipertemukan dengan sosok lelaki India yang juga ingin bertandang kesana, Jay namanya, dia adalah mahasiswa Singapura yang sedang transit di Kuala Lumpur. Akhirnya akupun meluncur kesana dengan menggunakan skytrain.
Whuaaaawwwwwww……….. tinggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ajjjjjjjjjjjjjjaaaaaaaaaaaaaaaaa nih gedung…… kembar lagi… rasanya ingin langsung bersungkur bersujud mengucapin terima kasih kepada Allah, karena sudah mengantarkan hambaNya yang satu ini sampai ke depan gedung tertinggi di dunia…. Hehe….  Baru 2 bulan yang lalu aku melihat gambar bangunan ini di majalah, tapi ternyata, sekarang tepat berdiri megah di depan kelopak matakku sendiri, luarbiasa. Gemericik hujan terus menemani langkahku menuju puncak tertinggi twin tower. 10 ringgit harus kukeluarkan dari kantongku yang sudah menipis ini, hiks. Tapi tak apelah… kapan lagi ya kan??!!!… akhirnya… yeee… berhasil menuju puncak menara, aku memang beruntung.

***
                Saatnya kembali ke tanah air, langkah kaki ini pun tak bisa tertahankan untuk segera bertemu orang-orang tercinta disana.  “I will never say never… I will fight till forever… whenever you knock me down… I will not stay on the ground… pick it up 3x… never say never…….” Lantunan suara Justin Bieber menemaniku di sepanjang perjalananku di dalam pesawat. Kusempatkan untuk menggoreskan pena diatas diariku yang kugenggam erat saat ini. Ingin rasanya kutulis semua yang sudah membantuku mengejar mimpiku ini. Terima kasih Ya Allah, Engkau sudah menjadikanku sebagai orang yang beruntung. Terima kasih kakak kelasku, engkau sudah menawarkan perjalanan yang sangat luar biasa ini, engkau membelikan tiket pergi ke Kuala Lumpur dan kembali ke tanah air. Luar biasa pengetahuanmu tentang “pertiketan pesawat” engkau mencarikan harga promo untukku, sehingga aku dapat membeli tiket dengan harga yang lebih murah *lebay. Untuk pak rektor tercinta, sejujurnya, aku tidak korupsi memakai uang 5 juta mu. Harga tiket pesawat Jakarta-Bangkok memang benar 5 juta. Namun, ternyata aku mendapatkan promo murah maskapai penerbangan lain ketika hari aku membeli tiket yang akhirnya memutuskanku untuk menempuh jalur udara dan juga darat yang penuh resiko.
Yupz… perjalananku memang benar-benar seperti kedondong. Dalam 12 hari sudah 2 negara kujelajahi. Semua orang berseru wah asyik nih ke negeri orang, begitu ya ga ngajak-ngajak, ga kasih-kasih info… aihhh… rentetan gigiku langsung bersatu membuat barisan baris berbaris yang amat kuat yang saling dorong mendorong bagaikan 2 magnet yang emang lagi main dorong2an.. (haha… ga nyambung *sambil garuk-garuk kepala)… intinya… agak-agak kesel gitu… dari luar memang terlihat mulus, tapi dalamnya jangan ditanya, duri-duri tajam siap menghantam gigi-gigi yang memakannya… perjalananku memang luar biasa… Dengan penuh keyakinan aku bergumam membulatkan tekad “EROPA, TUNGGU AKU DI HARI DEPAN, KEBERUNTUNGANKU AKAN MENDARAT DI NEGERIMU”.


Friday, December 21, 2012

ISENG-ISENG G.A.K PENTING
22/12/12

pagi menjelang siang terjadi percakapan 2 makhluk.
mama     : air kolam buat mandi jangan diisiin air yak. mw dibersihin nanti. tapi mama ngaji ibu2x dulu
aku        : siiiip
mama ngeloyor ke pengajian.
2 jam kemudian.
mama      : kok air kolam mandinya penuh?!! kan dibilang jgn diisi..
aku         : liat dulu dong kolamnya...
mama     : wiiihhh... udah bersih aja. siapa yg bersihin?
aku         : aku ma *sambil menepuk dada bangga
mama     : tumben
aku         : kan hari ini hari ibu
mama     : ooohhhh pantesan....
aku        : *nyengir kuda sambil memakerkan rentetan gigiku yang hmmmhmm gak rata itu..
dari kejauhan terdengar sayup2 suara ayah
"yaa........... cuci motor nihhhhhh!!!!"
aku          : nanti ahhhh... tunggu hari ayah dulu
*ayah melongo sambil berfikir keras... "emang ada ya hari ayah"..... hhhhffffffff

Thursday, December 20, 2012

21/12/12
Disuruh boncengin abang ke rumah sakit buat check up. pulangnya malah die yang boncengin. *alesannya: males boncengan sama orang yang bawa motornya kayak kura-kura lagi sakit perut masuk angin...
hfffffff....... ciiiaaaaatttttt >.<

Sunday, November 11, 2012

NO TITLE

Aku bukanlah sekuntum bunga
dengan warnanya yang menarik
dan wanginya yang semerbak
mampu mengikat hati para kumbang dan kupu-kupu

Aku juga bukan sehelai daun
dengan stomatanya bisa membuat tanaman berfotosintesis
sehingga tanamanpun tumbuh dengan subur

Aku bukan pula seoonggok batang
dengan kambiumnya bisa membuat tanaman membesar
sehingga tanaman terlihat kokoh dan kuat

Tapi….
aku hanyalah sebuah akar… ya, hanya akar.
aku hidup di bawah tanah, kotor, dan gelap
bahkan, tak jarang kaki-kaki manusia menginjakku diatas sana.

Namun aku bersyukur
walaupun tidak ada yang melirikku karena keindahanku
aku masih bisa mengirimkan air dan zat-zat mineral
untuk si bunga, daun, dan batang.
sehingga mereka dapat tumbuh dengan sempurna


-semangat selalu bersukur dan bermanfaat ^.^v -

-catatan iseng zaman SMA (2 April 2007)-

Thursday, October 25, 2012

NgeGembel di Djogja: Part 2

Lanjut ya kawand… setelah dari candi Borobudur dan museum, kami balik ke rumah si bapake yang nawarin penginapan, awalnya si bapak bilang Rp. 100.000,- buat sewa kamar plus sewa mobil ke puthuk setumbu. Sekedar info aja, puthuk setumbu itu kelihatan dari candi Borobudur, intinya deket aja. Cuma karena niatnya mau liat sunrise otomatis kan harus berangkat pagi2 gelap gulita. Plus jalanan yang menanjak dikelilingi pohon. Nah malamnya si bapake bilang ternyata sewa mobil plus rumah jadi Rp. 300.000,- karena mobilnya punya tetangganya *towew… bapaknya curang ih… ujung2nya kita gak jadi sewa mobil, jadi sewa rumah aja yang ‘cepe’ tadi. Malamnya si bapak plus istrinya ngajak jalan2 ke sekitar candi. Nah waktu jalan malem2 itu bapaknya masih nawarin aja tuh yang 300rb. Kita jujur aja klo budget kita amat sangat terbatas. Akhirnya kita bayarlah si bapak 100rb tadi. Nah pas lagi jalan ada mobil lewat, ternyata itu mobil kakak iparnya si bapak. Si bapak tadi ngobrol2 dah tuh sama kaka iparnya sampai akhirnya kita di ajak naek mobil ke kaki gunung merapi dan kaliurang (di catet ya: kita sama sekali gak tahu dimana itu tempat yang tahu cuma kaka iparnya si bapak plus jam waktu itu menunjukkan pukul setengah 8 malam).
***
Diperjalanan, alam bawah sadarku mencoba menerka seindah apakah tempat yang direkomendasikan si bapak tadi, pasti indah, banyak angkringan2 plus muda mudi yang lagi menghabiskan malam disana. Setengah jam terlewati, satu jam, satu setengah jam…. Oow, kok lama yak perjalanan kita…  dikirain deket gitu karena Cuma dibayar ‘cepe’ kan tadi. Dan akhirnya sampailah ditempat pembayaran tiket klo gak salah bayar Rp. 12.000,- waktu itu. Ternyata oh ternyata… dari sana kita masih lanjut perjalanan yang lumayan jauh banget. Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman bertualaaaang *ninja hatori theme song mode on >.< serius mobil kita terus menanjak dan menanjak, waktu itu gelap gulita sangat, gada orang sama sekali dijalan plus rumah yang amat sangat minim. Tersadar hanya mobil kita yang melintas aku bertanya kepada si bapake yang nyetir mobil. “masih jauh pak?”, “lumayan neng”… Oh My God, serius lama2 udara dingin menyergap, kanan kiri hanyalah terlihat kegelapan yang mencekam. Di jalan sempat si bapake berhenti beberapa kali sambil kasih tahu bahwa tepat kita berhenti adalah taman bunga yang indah. Owalaaaah seindah apapun si bapake cerita, tetep aja yang kelihatan hanyalah KEGELAPAN :( untuk kedua kalinya kita berhenti trus si bapake bilang kita berhenti tepat didepan goa jepang *haduh2x terima kasih deh klo harus turun disini. Tp ternyata gak, kita langsung meneruskan perjalanan sampai di puncaknya, kaliurang, yang dari tadi jadi tujuan kita *fiuhhh…. Thank God.
***
mmm… jujur yak, sebenernya rada2 malay  nulis bagian yang ini… bikin bulu kuduk berdiri merinding disko gitu, tapi gak papalah buat sekilas info. Kita sampai di kaliurang kaki gunung merapi jam setengah 11 malam. Cukup tahu aja, di kanan kiri kita adalah pegunungan dengan pepohonan lebat dihiasi dengan kegelapan yang amat sangat mencekam, gada rumah SAMA SEKALI, yang terlihat hanyalah kios2 yang sudah tertutup rapat, terlihat beberapa jeep terparkir namun makhluk yang bernama MANUSIA yang ada disana hanyalah kami berenam. Si bapake yang nyetir mematikan mesin mobilnya dan mengajak kita turun dan naik ke atas bukit, disana ada air terjun dan jurang katanya *ngooookkkk, si bapake bercanda aja, gelap2 begini ngapain coba. Akhirnya kita pun turun dan coba melangkahkan kaki mendaki batu2an yang berbentuk tangga. Baru aja sekitar 10 anak tangga, perasaan kami sudah tak menentu, dingin menyergap, bulu kuduk tak pelak segera beradu untuk berdiri… *hadeuh2 bak uji nyali ala uka-uka aja kita kesini… langsung aja kami kabur turun dan menghampiri mobil kami. Belum sempat masuk mobil, temanku (sofi) menawarkan diri untuk di foto… *whaaaaatttt, gelap2 begini minta difoto >.< belum juga aku mengeluarkan camdig, tiba2 kulihat wajah sofi yang pucat pasi ketakutan sambil berkata “itu di belakang kamu apaan?” *tuuuuhhhh kan aku langsung merinding disko. Waktu itu aku GAK mau nengok, langsung kami masuk mobil, karena penasaran ku tengok apa yang sofi maksud. Oh My God.. sesosok makhluk hitam besar berdiri disalah satu sudut kaliurang. Astagfirullah, Allahuakbar… kututup wajahku sambil bergumam “Ya Allah, lindungi kami” *langsung si bapake tancap gas, mobil kamipun terbirit-birit meninggalkan tempat yang mencekam itu. Hadeuh, mimpi apa malam itu diajak wisata uka-uka sama si bapake…. *terima kasih bapake sudah mengajak kami kesana –sambil nyengir kuda berharap gak pernah kesana lagi malam2 :(
***
Besok paginya kami bergegas pulang kembali ke Jogja dan lanjut ke Jakarta. Sebelum berangkat, kami cari2 cemilan khas Magelang dulu di pasar Borobudur. Dengan hanya Rp. 15.000,- beraneka macam kue sudah ditangan *ajib, murah tenan. Dari sana kami naik bus jurusan Borobudur-Jogja tujuan Jombor Rp. 10.000,- (kali ini lebih murah karena kami sengaja meMEDOKan bicara kami biar mirip wong Jowo, haha, tetep aja mas2 nya tahu klo kami orang Jakarta). Dari Jombor naik trans Jogja jalur 2B sampai di dekat Malioboro. Pukul 09.30 pagi kami sudah di Malioboro lagi. Padahal kereta kami baru akan berangkat jam 4 sore. Jadilah muter2 lagi di Malioboro, akhirnya keinginan masuk museum Vedeburg (tiket Rp. 2.000,-)tercapai juga. Dari sana langsung lanjut ke Kraton, kali ini kami naek becak Rp. 5.000,- karena beban bawaan kami yang sudah membuat kami terbebankan *halah apa coba :P. masuk Kraton tiket Rp. 5.000,-. Nah dari Kraton ini kami naek becak lagi (Rp. 30.000,-) muter2 Malioboro plus ke tempat lukisan dan Taman Sari (Rp. 2.000,-) ‘n bayar guide Rp. 10.000 trus langsung lanjut ke Lempuyangan.  

                                                     museum Vedeburg


                                                           Keraton Jogja


***
Sampai di Lempuyangan ternyata kami kehabisan yang jam 4, jadwal keberangkatan kami  molor menjadi jam 7.34 malam. Hoaaaammmmm… masih lama nyoooo… akhirnya dari pada BETE binti galau di stasiun. Langsung balik lagi aja ke alun-alun kota jalan kaki, tenang kali ini beban kami alias tas-tas yang berat itu udah dititipin di masjid stasiun :). Akhirnyaaaa…. Keliling alun-alun dimalam hari terwujud juga, berjalan2 melewati beringin utara dan selatan. Ramai tenan disana, banyak penjual juga. Puas jalan2, akhirnya kami membeli wedang ronde seharga Rp. 5.000,-. Minum wedang ronde beralaskan tikar lumayan bisa menghangatkan badan ditengah terpaan semilir angin alun-alun kota. Tepat jam 7 malam kami bergegas balik ke Lempuyangan pake becak (Rp. 10.000,-).  Kami kira perjalanan di Yogya akan segera berakhir mengingat sebentar lagi kami akan menuju Jakarta. Tapi eh tapi…. Ternyata ada satu kereta yang anjlok didaerah Prambanan. Walhasil semua jalur kereta dari Jogja ke Jakarta terputus dan dibatalkan *ngiiiiiikkkkkk…. Terus gimana nasib kami?? Uangpun sudah amat sangat terbatas *sambil garuk2 cengo dan gak tahu harus ngapain.


***
Nanya bolak-balik kesana kemari gada kejelasan juga. Akhirnya dapat info juga kalau satu-satunya kereta ekonomi AC menuju Jakarta bakal segera datang… *mungkin kereta ini udah lebih dulu melewati jalur kereta yang anjlok. Dengan langkah seribu kami pun membagi tugas, aku ambil uang ke ATM, temanku yang satu antri untuk membeli tiket. tiket ekonomi AC sudah ditangan, kereta pun datang, sementara kami belum mengambil barang di masjid. Lari kocar-kacir menuju masjid berharap kereta tidak meninggalkan kami. Yup, berhasil, tepat kaki melangkah ke dalam kereta di detik-detik terakhir, keretapun langsung mulai bergerak pergi *fiuhhhhh….. akhirnya…. – sambil menyeka peluh keringat setelah berjuang mendapatkan tiket. Sekilas info, akhirnya tiket pulang kami menjadi Rp. 125.000,- karena pakai kereta ekonomi AC. Jauh meleset dari tiket ekonomi yang kami punya sebelumnya seharga Rp. 35.000,- tapi gak papa ah, at least, gak terjebak di stasiun lempuyangan sampai besok malam :)
***
Well…. Well…. Well… itulah sepenggal kisahku ngegembel di Jogja bareng temen2. Menjadi backpacker emang membuat ketagihan. Tantangan untuk bertahan di suatu tempat dengan budget terbatas benar-benar memiliki cita rasa kepuasan yang tinggi. Kedewasaan, ketepatan, kemandirian benar-benar terasah…. Mari menjelajah bumiNya dan gali terus pengetahuan kita terhadap ciptaanNya. Inti dari semua yang dilakukan adalah mengenal sang Creator dengan mengenal ciptaanNya. Semoga bermanfaat kawand, Cheers :D
See u di destination selanjutnya….